Thursday, October 1, 2009

Bayiku Demam

DEMAM PADA BAYI

Setiap ibu pasti pernah merasakan bagaimana sedihnya melihat bayi kita mengalami demam. Sampai usia anak saya 7 bulan ini, saya pernah dua kali mengalami hal itu – dan rasanya ampun, kapok!! Rasanya tidak tega melihat Shazia-ku sakit. Selain itu dalam hati juga bertanya-tanya, aduh, ini bahaya nggak ya..

Sebetulnya, menurut beberapa referensi yang pernah saya baca dan saya ketahui, demam seharusnya bukan menjadi momok bagi ibu, namun menjadi pertanda bahwa sistem kekebalan sang buah hati sedang bekerja. Subhanallah, tubuh kita diciptakan begitu kompleks lengkap dengan sistem pertahanan yang sangat hebat. Coba bayangkan tubuh kita sebagai sebuah benteng. Mekanisme pertahanan seperti kulit, bulu hidung bahkan ludah yang merupakan sarana pencegahan masuknya zat asing yang tidak diinginkan ke dalam bangunan itu. Tapi bagaimana jika benda asing keburu masuk? Kurang lebih seperti yang kita lihat di film, begitu ada penyusup alarm akan berbunyi. Di dalam tubuh, alarm itu berupa naiknya suhu tubuh atau yang kita kenal sebagai demam. Bahkan demam itu sendiri selain sebagai alarm, juga berfungsi menhancurkan zat asing yang masuk karena dengan naiknya suhu tubuh, zat asing tersebut dapat lebih udah dilumpuhkan.

Sekarang kita tahu bahwa demam bukanlah musuh, namun merupakan teman bagi ibu, karena dengan adanya demam, ibu tahu bahwa sebetulnya bayi mungil kita sedang berjuang mengalahkan sesuatu dalam badannya. Yang kemudian harus menjadi pertanyaan bagi kita adalah apa yang menyebabkan demam itu. Terdapat dua golonganbesar mikroorganisme yang dapat menyebabkan demam, yaitu bakteri dan virus. Saat ini, untuk demam yang disebabkan oleh bakteri, sudah ada antibiotik yang direkomendasikan untuk bayi dan sebaiknya ditanyakan kepada dokter. Namun untuk golongan virus, sampai saat ini memang belum ada antibiotiknya sehingga yang lebih banyak berfungsi adalah sistem pertahanan alami tubuh itu sendiri.

Sebagia besar penyakit yangdisebabka oleh virus, memang biasanya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan pengobata apapun. Tapi jika kondisi bayi sudah terlihat sangat tidak nyaman, kita dapat meminta obat pada dokter. Pada dasarnya obat tersebut tidak membunuh virus penyebab demam, namun hanya meredakan gejala. Misalnya, biasanya jika bayi demam, ia akan rewel, gelisah, susah tidur ataupun makan. Jika hal ini terjadi obat pereda demam dapat membantu karena jika dibiarkan, ia akan kurang istirahat dan kurang makan yang rentunya akan menurunkan daya tahan alami tubuhnya.

Beberapa saran saat anak saya demam yang kemudian saya tahu sebaiknya tidak lagi dilakukan adalah membungkus bayi dengan pakaian berlapis dan bahkan dibungkus lai dengan selimut. Hal itu selain membuat bayi tidak nyaman, juga membuat panas tubu tidak dapat keluar yang membuat panas bayi semakin tinggi. Beberapa orang juga menyarankan untukmemandikan bayi dengan air hangat, atau bahkan merendamnya di bath tub dengan air hangat! Padahal kalau suhu lingkungan semakin tinggi, suhu tubuh bayi juga akan terus naik karena mekanisme pertahanannya adalah menaikkan suhu tubuh di atas suhu lingkungan. Demamnya jadi semakin tinggi.

Sebisa mungkin kita membuat bayi nyaman agar tidak semakin gelisah. Cairan juga perlu diberikan lebih banyak dari biasanya agar panas tubuh diserap air dan dikeluarkan dalam betuk air seni. Sebaiknya suhu ruangan dijaga agar tetap sejuk. Mudah2an bayi kita sehat selalu. Amiiin......

My Lovely Little Shazia


That moment is always there - in my heart. Waktu pertama saya lihat Shazia, rasanya seperti 'meledak'. Campur baur dan tidak jelas. Pengen nangis pengen ketawa, bahagia, terharu, takut tapi lega, tenggorokan sepeti tersumbat jantung deg-degan tapi juga terasa damai. All the things come to me at the same time. Lucunya, saat sedang hamil besar (udah lupa berapa bulan), saya sempat mimpi ketemu Shazia and guess what? She is exactly the same as my dream!
Ternyata menerima "amanah" ini merupakan sesuatu yang sangat besar bagi hidup saya. Dulu saya sempat bertanya dalam hati, apa saya mampu? Karena sejak dulu saya bukan pencinta anak. Selain itu, rasanya dari segi kedewasaan, saya merasa tidak terlalu berbeda dengan sewaktu saya masih kuliah dulu.Namun memang ALLAH MAHA TAHU. Bahkan tentu DIA sudah tahu sebelum saya tahu, bahwa saya sudah siap menjadi ibu. Beberapa hal yang dulu untuk saya almost impossible, sekarang setelah menjadi ibu, malah menjadi bagian dari diri saya. Dulu susah sekali bangun pagi di hari libur - juga di hari kerja biasa - sekarang malah waktu shazia tidur, saya tidak sabar menunggu pagi. Dulu kalau begadang, saya bisa sakit. Setelah ada Shazia, Alhamdulillah saya diberikan kesehatan yang baik, tidak sakit walaupun kurang tidur.Saya yang dulu tidak bisa menahan emosi alias very vey moody, jadi lebih bisa menahan diri. Mana mungkin saya mau menangis atau marah di depan Shazia yang sudah tertawa-tawa begitu melihat saya pulang kerja? Bahkan saya selalu berusaha menjaga hati dan pikiran saya agar tetap positif setiap kali saya di dekat Shazia karena menurut beberapa artikel yang saya baca, bayi sangat peka dengan aura dan suasana hati orang-orang di dekatnya. Tapi memang, yang orang-orang bilang bahwa anak merupakan obat yang paling mujarab, itu betul sekali. Setiap pulang kerja, capek dan stress langsung hilang entah kemana setiap lihat wajah cantik Shazia. Duh, what a miracle i have in my life.
Kalau dilihat secara fisik, memang Shazia masih sangat rentan, masih harus selalu dijaga dan dilindungi. Belum bisa makan sendiri, mandi sendiri, semua harus saya bantu. But truly, sebetulnya saya pikir, sayalah yang butuh Shazia. Sampai sekarang, saya selalu bersyukur karena diberi kepercayaan yang begitu indah. Mudah2an saya bisa mejadi yang terbaik dalam memunculkan semua yang terbaik dalam diri My Lovely Little Shazia.
There're still a long way to passed on, My Love...